Sabtu, 07 Juli 2012

Meneladani Kedermawanan Rasulullah

0 komentar
Saudaraku! Apakah anda rajin membaca Al Qur'an, terutama di bulan suci ini? Atau mungkin juga anda telah rajin menghadiri pengajian, sehingga telah banyak menguasai ilmu agama?

Mungkin jawaban anda: "Wah kurang tahu ya, apakah saya telah tergolong yang banyak membaca Al Qur'an, atau bukan?! Dan saya juga bingung, apakah saya telah berhasil mendapatkan ilmu agama yang cukup banyak dari pengajian-pengajian yang saya hadiri atau belum?"

Anda ingin mengetahui posisi diri anda dalam dua hal tersebut?

Tenang saudaraku tidak usah bingung, tidak sulit kok mengetahui posisi anda. Anda penasaran ingin mengetahuinya? Mudah saudaraku, renungkan hadits berikut dengan baik, niscaya anda dapat mengetahui posisi anda dalam dua hal tersebut di atas.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنه قَالَ: كَانَ النَّبِىُّ صلى الله عليه و سلم أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِى رَمَضَانَ ، حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ ، وَكَانَ جِبْرِيلُ - عَلَيْهِ السَّلاَمُ - يَلْقَاهُ كُلَّ لَيْلَةٍ فِى رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ ، يَعْرِضُ عَلَيْهِ النَّبِىُّ صلى الله عليه و سلم الْقُرْآنَ ، فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيلُ - عَلَيْهِ السَّلاَمُ - كَانَ أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ. متفق عليه

"Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu, ia mengisahkan: "Dahulu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah manusia paling dermawan masalah kebaikan (harta benda), dan kedermawanan beliau mencapai puncaknya pada bulan Ramadhan di saat berjumpa dengan Malaikat Jibril. Dan dahulu Malaikat Jibril 'alaihissalam biasanya senantiasa menjumpai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada setiap malam di bulan Ramadhan hingga akhir bulan. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membaca Al Qur'an di hadapannya. Bila beliau telah berjumpa dengan Malaikat Jibril 'alaihissalam beliau terasa begitu dermawan dalam masalah kebaikan (harta benda) dibanding angin sepoi-sepoi yang berhembus." (Muttafaqun 'alaih)

Ibnu Hajar Al Asqalaani menjelaskan bahwa kedermawanan dalam syari'at adalah memberi sesuatu yang pantas/layak kepada yang pantas/layak menerimanya. Dengan demikian, kedermawanan lebih luas cakupannya dibanding sedekah. (Fathul Bari 1/31)

Saudaraku! Kedermawanan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di bulan Ramadhan terutama setelah bertadarus Al Qur'an bersama Malaikat Jibril 'alaihissalam mencapai puncaknya. Tahukah anda, apa sebabnya kedermawanan beliau berubah mencapai puncaknya pada bulan Ramadhan?

Bukankah pada bulan ini produktivitas seseorang berkurang, sehingga kemungkinan besar penghasilannyapun berkurang?

Bukankah pada bulan ini kita berpuasa sehingga lapar dan haus, akibatnya kitapun semakin berambisi untuk menguasai dan menikmati seluruh makanan dan minuman yang kita miliki? Coba anda ingat-ingat kembali apa yang anda lakukan ketika persiapan berbuka? Rasanya, seluruh hidangan yang tersedia di meja makan hendak disantap seorang diri. Bukankah demikian?

Para ulama' menjelaskan hikmah perubahan kedermawanan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada bulan ramadhan, terlebih-lebih seusai bertadarus Al Qur'an bersama malaikat Jibril 'alaihissalam. Dijelaskan bahwa membaca Al Qur'an dan memahami kandungannya mendorong beliau untuk semakin merasa kecukupan, dan terbebas dari sifat tamak. Dan perasaan kecukupan semacam inilah yang mendasari setiap kedermawanan. Ditambah lagi pada bulan Ramadhan, karunia Allah kepada umat manusia berlipat ganda, karenanya beliau shallallahu 'alaihi wa sallam senang untuk meneladani sunnatullah dengan melipat gandakan kedermawanan beliau. Dengan bersatunya beberapa hal di atas, keutamaan waktu ditambah perjumpaan dengan Malaikat Jibril bersatu padu dalam diri beliau sehingga kedermawanan beliau berlipat ganda. (Fathul Bari 1/31)

Anda ingin mengetahui sejauh mana kedermawanan beliau? Berikut adalah salah satu contohnya:

عن أنس رضي الله عنه قال: جَاءَهُ رَجُلٌ فَأَعْطَاهُ غَنَمًا بَيْنَ جَبَلَيْنِ فَرَجَعَ إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ أَسْلِمُوا فَإِنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِى عَطَاءً لاَ يَخْشَى الْفَاقَةَ.

Sahabat Anas radhiallahu 'anhu mengisahkan: "Pada suatu hari ada seseorang yang datang menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu beliau memberinya hadiah berupa kambing sebanyak satu lembah. Spontan lelaki itu berlari menemui kaumnya dan berkata kepada mereka: 'Wahai kaumku, hendaknya kalian semua segera masuk Islam, karena sesungguhnya Muhammad memberi pemberian yang sangat besar, seakan ia tidak pernah takut kemiskinan.'" (Riwayat Muslim)

Saudaraku! Coba saudara kembali membaca hadits di atas.

Pada hadits itu kedermawanan beliau digambarkan lebih baik dibanding angin sepoi-sepoi yang berhembus. Ini adalah pertanda bahwa kedermawanan beliau tidak hanya dirasakan oleh sebagian orang saja, akan tetapi dapat dirasakan oleh seluruh orang, tanpa ada perbedaan, walaupun antara mereka ada perbedaan martabat, kekerabatan atau lainnya. Sebagaimana ini sebagai isyarat bahwa kedermawanan beliau terus mengalir dan tidak pernah terhenti.

Nah, sekarang anda sudah mengetahui apakah anda telah banyak membaca Al Qur'an dan telah banyak mendapatkan ilmu agama?

Ketahuilah saudaraku! bila bacaan Al Qur'an dan pengajian yang anda hadiri memotivasi anda untuk semakin bersikap dermawan, berarti anda termasuk orang yang benar-benar rajin membaca Al Qur'an dan telah berhasil menguasai ilmu agama. Sebaliknya, bila bacaan Al Qur'an anda dan juga pengajian anda di hadapan para ustadz dan juru ceramah tidak menjadikan anda bersikap dermawan, maka bacaan Al Qur'an anda dan pengajian anda perlu dikoreksi ulang.

Al Qur'an dan ilmu agama senantiasa menuntun anda untuk bertambah iman kepada Allah Ta'ala dan janji-janji-Nya kepada orang yang berlaku dermawan. Ilmu anda membimbing anda untuk semakin beriman bahwa setiap uluran tangan anda kepada orang lain pasti mendapatkan gantinya dari Allah.

مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلانِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَيَقُولُ الْآخَرُ: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا.

"Tiada pagi hari, melainkan ada dua malaikat yang turun padanya, kemudian salah satunya berucap (berdoa): 'Ya Allah, berilah orang yang berinfaq pengganti,' sedangkan yang lain berdoa: 'Ya Allah timpakanlah kepada orang yang kikir (tidak berinfaq) kehancuran.'" (Muttafaqun 'alaih)

Saudaraku! Bagaimanakah dengan diri anda di bulan suci ini, apakah anda semakin bertambah dermawan atau sebaliknya? Hanya anda yang mengetahu jawaban pertanyaan ini, karenanya buktikan pada diri anda bahwa anda pada bulan suci ini juga bertambah dermawan.

Semoga Allah Ta'ala menjadikan kita pada bulan suci ini termasuk orang-orang terbukti bersifat dermawan. Amiin.

***

Penulis: Ustadz Muhammad Arifin Badri, M.A.
Sumber: www.pengusahamuslim.com
Continue reading →
Kamis, 05 Juli 2012

Puasa Menumbuhkan Kepedulian

0 komentar

Dengan berpuasa, orang kaya akan menyadari betapa banyak nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya berupa kekayaan dan kecukupan sehingga dia tidak pernah kekurangan makan, minum, menikah dan lainnya, padahal banyak orang yang tidak mendapatkan dan merasakan nikmat seperti itu.

Dengan demikian orang kaya tersebut akan memuji Allah dan bersyukur kepadaNya atas kemudahan yang diberikan kepadanya. Orang kaya tersebut juga teringat saudaranya yang fakir miskin, yang adakalanya merasakan kelaparan sepanjang hari dan malam karena ketidakmampuannya. Hal ini menjadikan orang kaya tersebut terdorong dan termotivasi untuk membantunya dengan bershadaqah agar terpenuhi kebutuhannya berupa sandang, pangan dan papan.

Oleh karena inilah, Rasululah -Shallallahu 'Alaihi Wa 'Ala Alihi Wa Sallam adalah orang yang paling dermawan dan kedermawanan Beliau bertambah ketika datang bulan Ramadhan, yaitu ketika berjumpa Malaikat Jibril -Alaihis Salam yang mengajarkan kepada Beliau Al-Qur'an.

Sumber : Hati Bening on faebook

Continue reading →

15 Hari Lagi

0 komentar



Continue reading →

Video . Allahumma Ballighna Ramadhan

0 komentar

Continue reading →
Rabu, 04 Juli 2012

Video . Ramadhan Penuh Kebaikan

0 komentar


Continue reading →
Minggu, 01 Juli 2012

Fadhilah Amaliah Ramadhan

0 komentar




PUASA RAMADHAN

FADHILAH PUASA RAMADHAN
  1. Dijauhkan dari api neraka.

    عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قال: سمعت النبي صلى الله عليه وسلم يقول:
    من صام يوما في سبيل الله بعد الله وجهه عن النار سبعين خريفا.

    Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Barangsiapa yang berpuasa sehari fii sabilillah, Allah akan menjauhkan dirinya dari api nereka tujuh puluh tahun.” (HR. Bukhari-Muslim)

    Fii sabilillah berarti karena mengharap ganjaran pahala dari Allah subhanahu wata’ala. Khariif berarti musim gugur yang waktunya antara 21 September – 21 Desember. Karena musim gugur adalah penutup putaran musim dan tahun, satu musim gugur biasa digunakan sebagai istilah untuk satu tahun.

  2. Ganjaran pahala tak terbilang dan akan menghadap kepada Allah dalam keadaan ridha.

    عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: كل عمل ابن آدم يضاعف، الحسنة بعشر أمثالها إلى سبعمائة ضعف. قال الله عز و جل: إلا الصوم فإنه لي وأنا أجزي به، يدع شهوته وطعامه من أجلي. للصائم فرحتان فرحة عند فطره وفرحة عند لقاء ربه. ولخلوف فيه أطيب عند الله من ريح المسك.

    Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu berkata, ”Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda, ’Setiap amal manusia dilipatgandakan (pahalanya), satu kebaikan dinilai sepuluh hingga tujuh ratus kebaikan. Allah ’azza wajalla berfirman, ’Kecuali puasa, dia adalah milik-Ku dan Aku yang memberi ganjaran (orang yang) berpuasa. Ia meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku.’ Orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan, yaitu ketika berbuka dan ketika bertemu dengan Rabbnya. Sungguh bau mulutnya lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kesturi.” (HR. Bukhari-Muslim)

    Puasa adalah milik Allah sebab hanya Dia yang mengetahui kualitasnya dan hanya Dia yang mengetahui ganjaran pahala yang layak buat amalan puasa.

  3. Masuk surga lewat pintu khusus.

    عن سهل بن سعد رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: : إن في الجنة بابا يقال له الريان. يدخل منه الصائمون يوم القيامة لا يدخل معهم أحد غيرهم. يقال: أين الصائمون؟ فيدخلون منه. فإذا دخل آخرهم أغلق فلم يدخل منه أحد.


    Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya di surga terdapat satu pintu yang disebut Ar Rayyaan. Orang-orang yang berpuasa akan masuk lewat pintu itu pada hari kiamat (nanti), yang tidak seorang pun selain mereka yang masuk lewat pintu itu. Dikatakan, ‘Dimana orang-orang yang berpuasa?’ Lantas mereka masuk lewat pintu itu. Bila orang yang terakhir telah masuk, pintu itu ditutup sehingga tidak ada seorang pun yang masuk.” (HR. Bukhari-Muslim)

    Rayy dalam bahasa Arab berarti kenyang (air). Dari makna bahasa sebutan pintu surga tersebut, sebagian ulama memahami adanya minuman bagi orang-orang yang lewat pintu tersebut.

  4. Ampunan terhadap dosa yang telah lalu.

    عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
    من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه

    Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu berkata, ”Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda, ’Barangsiapa puasa Ramadhan karena iman dan karena mengharap ganjaran pahala (dari Allah), diampunkan baginya dosanya yang tenlah lalu.” (HR. Bukhari-Muslim)

  5. Pemberi syafaat di hari kiamat

    عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: الصيام والقرآن

    يشفعان للعبد يوم القيامة. يقول الصيام: أي رب إني منعته الطعام والشهوات بالنهار فشفعني فيه.
    يقول القرآن: منعته النوم بالليل فشفعني فيه. فيُشفعان.

    Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Puasa dan (bacaan) Al-Qur’an memberi syafaat kepada hamba pada hari kiamat. Puasa berkata, ‘Ya Rabb, sesungguhnya aku telah mencegahnya makan dan syahwat pada siang hari. Maka izinkanlah aku memberinya syafaat.’ (Bacaan) Al-Qur’an berkata, ‘Aku telah mencegahnya tidur malam. Maka izinkanlah aku memberinya syafaat.” (Shahiul Jami’is Shaghir wa Ziyadatuh)

PERKARA-PERKARA YANG MUBAH DALAM PUASA
  • Menyiram kepala dengan air untuk mendinginkan tubuh atau meringankan rasa haus (HR. Abu Dawud)
  • Masuk waktu subuh dalam keadaan junub (HR. Bukhari-Muslim)
  • Berkumur dan membasuh hidung ketika berwudhu’ (HR. Abu Dawud)
  • Mencium istri bagi yang tidak khawatir akan batal puasa (HR. Bukhari-Muslim)
  • Bercelak (atsar Anas, Abu Dawud)
  • Mencicipi makanan, selama tidak sampai ke tenggorokan (atsar Ibnu Abbas, Bukhari ta’liqan)

PEMBATAL-PEMBATAL PUASA
  • Riddah
  • Makan dan minum dengan sengaja
  • Jima’
  • Keluarnya mani dengan sengaja
  • Keluarnya darah haid atau nifas
  • Obat atau suntikan yang dapat mengganti fungsi makanan, seperti transfusi darah
  • Muntah dengan sengaja
  • Keluarnya darah dalam jumlah banyak secara sengaja: hijamah, donor darah, dll

BUKAN PEMBATAL PUASA
  • Celak mata
  • Obat tetes mata atau hidung atau telinga
  • Parfum dan wangi-wangian
  • Suntikan pengobatan
  • Keluarnya madzi
  • Debu atau lalat terbang yang masuk ke tenggorokan dan tertelan
  • Obat hirup
  • Obat kumur
  • Obat pada luka
  • Menelan air liur atau dahak biasa
  • Keluar sedikit darah, seperti luka atau pemeriksaan golongan darah
  • Pembatal-pembatal puasa yang dilakukan tanpa sengaja




MAKAN SAHUR

FADHILAH MAKAN SAHUR

  1. Mendapatkan berkah

    عن أنس رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: تسحروا فإن في السحور بركة.

    Dari Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Makan sahurlah kalian, karena sesungguhnya pada makan sahur itu terdapat berkah.” (HR. Bukhari-Muslim)
  2. Mempertegas identitas keislaman


    عن عمرو بن العاص رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:

    فصل ما بين صيامنا وصيام أهل الكتاب أكلة السحر.

    Dari Amr bin Al Ash radhiyallahu ’anhu berkada, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Pembeda antara puasa kita (umat Islam) dengan puasa Ahlul Kitab adalah makan sahur.”

    Allah subhanahu wata’ala dan para malaikat bershalawat kepada orang-orang yang makan sahur


    عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: السَّحُورُ أَكْلُهُ بَرَكَةٌ

    فَلَا تَدَعُوهُ وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جُرْعَةً مِنْ مَاء. فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِينَ

    Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Sahur itu makanan yang berberkah. Lantaran itu janganlah kalian meninggalkannya walaupun seorang dari kalian hanya meminum seteguk air. Sebab Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang makan sahur.”


MAKAN SAHUR YANG UTAMA
  1. Makan sahur dengan korma (HR. Abu Dawud)
  2. Menunda makan sahur hingga mendekati waktu shalat subuh (HR. Ahmad)



IFTHAR (BERBUKA)

IFTHAR YANG UTAMA


  1. Berbuka dengan kurma segar (basah), atau kurma kering, atau air putih
  2. Menyegerakan berbuka puasa bila telah masuk waktu shalat maghrib (HR. Ahmad)
  3. Berdoa:

    ذَهَبَ الظَّمَأُ وَ ابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَ ثَبَتَ اْلأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ

    Telah hilang dahaga, telah basah urat-urat leher dan telah ditetapkan pahala insya Allah. (HR. Abu Dawud)


SHALAT TARAWIH

FADHILAH SHALAT TARAWIH

  1. Shalat sunat yang paling utama.

    عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
    أفضل الصيام بعد رمضان شهر الله المحرم وأفضل الصلاة بعد الفريضة صلاة الليل

    Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu berkata, ”Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda, ’Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah bulan Allah: Muharram. Dan shalat paling utama setelah yang wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim)

  2. Ampunan terhadap dosa yang telah lalu.

    عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يرغب في قيام رمضان من غير
    أن يأمرهم فيه بعزيمة، فيقول: من قام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه

    Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu berkata, ”Adalah Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam menganjurkan (untuk melakukan) qiyam Ramadhan. Tapi beliau tidak mewajibkannya atas kaum muslimin. Beliau bersabda, ’Barang siapa yang melakukan qiyam Ramadhan dengan dasar iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni baginya dosa yang telah lampau.” (HR. Bukhari-Muslim)

  3. Peluang masuk ke dalam golongan shiddiqin dan syuhada.

    عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ الْجُهَنِيِّ رضي الله عنه قَالَ: جَاءَ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم رَجُلٌ مِنْ قُضَاعَةَ فَقَالَ:
    يَارَسُولَ اللهِ، أَرَأَيْتَ إِنْ شَهِدْتُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّكَ رَسُولُ اللهِ وَصَلَّيْتُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ وَصُمْتُ الشَّهْرَ وَقُمْتُ رَمَضَانَ وَآتَيْتُ الزَّكَاةَ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم:
    مَنْ مَاتَ عَلىَ هَذَا كَانَ مِنَ الصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ.

    Dari Amr bin Murrah Al Juhani radhiyallahu ’anhu berkata, “Seorang laki-laki dari Qudha’ah datang kepada Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat anda jika saya bersaksi tiada Tuhan (yang hak disembah) selain Allah dan engkau adalah utusan Allah, saya shalat lima kali (sehari), saya berpuasa pada bulan Ramadhan, saya melakukan qiyam Ramadhan, dan saya menunaikan zakat?’ Maka Nabi bersabda, ‘Barangsiapa yang meninggal dunia dalam keadaan dia melaksanakan hal-hal tersebut (di atas), dia termasuk golongan shiddiqin dan para syuhada” (Shahihut Targhib wat Tarhib)


MEMBACA AL-QUR’AN

FADHILAH MEMBACA AL-QUR’AN


  1. Sebaik-baik manusia

    عن سعد بن عيبدة عن أبي عبد الرحمن السلمي عن عثمان بن عفان رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: خيركم من تعلم القرآن وعلمه. قال: وأقرأ أبو عبد الرحمن في إمرة عثمان حتى كان الحجاج.
    قال: وذاك الذي أقعدني مقعدي هذا

    Dari Sa’ad bin Ubaidah dari Abu Abdirrahman As Sulami dari Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang berlajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” Abu Abdirrahman mengajarkan Al-Qur’an sejak masa Khalifah Utsman hingga era Hajjaj. Katanya, “Hadits itulah yang membuatku duduk melakukan ini (mengajarkan Al-Qur’an).” (HR. Bukhari)
  2. Mencontoh kebiasaan Nabi shallallahu ’alaihi wasallam di bulan Ramadhan

    عن ابن عباس رضي الله عنهما قال: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أجود الناس. وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل. وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان فيدارسه القرآن.
    فلرسول الله صلى الله عليه وسلم أجود بالخير من الريح المرسلة

    |Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata, ”Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan. Beliau sangat dermawan di bulan Ramadhan dimana Jibril datang menemuinya. Jibril datang setiap malam pada bulan Ramadhan untuk mudarasah Al-Qur’an. Sungguh, Rasulullah lebih banyak memberi daripada angin yang bertiup.” (HR. Bukhari-Muslim)


DOA

عن أنس ين مالك رضي الله عنه مرقوعا: ثلاث دعوات لا ترد: دعوة الوالد لولده ودعوة الصائم ودعوة المسافر.


Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tiga doa yang tidak ditolak: doa bapak untuk anaknya, doa orang yang sedang puasa, dan doa musafir.” (Shahihul Jami’is Shaghir wa Ziyadatuh)


SHADAQAH

عن زيد بن خالد الجهني رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال:

من فطر صائما كان له مثل أجره غير أنه لا ينقص من أجر الصائم شيء

Dari Zaid bin Khalid Al Juhani radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang memberi makanan berbuka puasa kepada orang yang berpuasa, baginya pahala seperti pahala orang yang puasa. Hanya saja, tidak dikurangi sedikitpun dari pahala orang yang puasa itu.” (Shahihut Targhib wat Tarhib)



MENJAGA DIRI DARI SEGALA BENTUK MAKSIAT DAN DOSA


عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
من لم يدع قول الزور والعمل به فليس لله حاجة في أن يدع طعامه وشرابه

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu berkata, ”Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda, ’Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah sama sekali tidak akan menilai perbuatannya meninggalkan makan dan minum. (HR. Bukhari)


PENATARAN SEPUTAR RAMADHAN:
“MENYIBAK TABIR KEAGUNGAN RAMADHAN”
Forum Studi Islam Raudhatul ’Ilmi UNM
Masjid Raya Makassar, 23 Agustus 2008
Continue reading →

Banyak Berpuasa di Bulan Sya’ban

0 komentar





Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun tidak berpuasa sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156).
Continue reading →

Agar Tak Sekedar Lapar dan Haus

0 komentar

Agar Tak Sekedar Lapar dan Haus


Ibadah puasa memiliki kedudukan tersendiri di sisi Allah سبحانه وتعلى  Allah akan memberikan pahala yang berlipat ganda sesuai kualitas puasa yang dilakukan seorang hamba.

Semakin tinggi kualitas puasanya, semakin banyak pula pahala yang didapatnya, yaitu puasa yang tidak hanya sekadar manahan lapar dan dahaga. Puasa merupakan ibadah yang sangat dicintai oleh Allah سبحانه وتعلى. Hal ini sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah رضي الله عنه , bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضَعْفٍ قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِيْ

"Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya. Satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah berkata, "Kecuali puasa, Aku yang akan membalas orang yang mengerjakannya, karena dia telah meninggalkan keinginan-keinginan hawa nafsu dan makannya karena Aku." (HR. Muslim).

Hadits di atas dengan jelas menunjukkan betapa tingginya nilai puasa. Allah سبحانه وتعلى akan melipatgandakan pahalanya bukan sekadar 10 atau 700 kali lipat, namun akan dibalas sesuai dengan keinginan-Nya. Padahal kita tahu bahwa Allah سبحانه وتعلى Maha Pemurah, maka tentu Allah akan membalas pahala orang yang berpuasa dengan berlipat ganda.

Akan tetapi, bisa jadi ada orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus. Nabi صلى الله  عليه وسلم  bersabda,

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ

"Berapa banyak orang yang berpuasa, hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja, dan berapa banyak orang yang mendirikan ibadah di malam hari, tapi hanya mendapatkan begadang saja." (HR. Ahmad)


Dan di antara penyebabnya adalah:
  1. Berpuasa Hanya Ikut-ikutan

    Setiap Muslim harus membangun ibadah puasanya di atas iman kepada Allah سبحانه وتعلى dalam rangka mengharapkan ridha-Nya, bukan karena ingin dipuji atau sekadar ikut-ikutan keluarganya atau masyarakatnya yang sedang berpuasa. Rasulullah صلى الله  عليه وسلم bersabda,

    مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

    "Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah سبحانه وتعلى, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (Muttafaqun 'alaih).
  2. Berpuasa Tapi Meninggalkan Shalat

    Di antara umat Islam, ada yang begitu semangat mengerjakan ibadah puasa di bulan Ramadhan, akan tetapi mereka meninggalkan shalat. Ketika ditanya, "Mengapa Anda berpuasa tapi meninggalkan shalat?" Mereka menjawab, "Saya juga ingin dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang masuk surga melalui pintu Ar-Rayyan. Bukankah Rasulullah صلى الله  عليه وسلم telah bersabda, "Sesungguhnya di surga terdapat pintu bernama ar-Rayyan, di mana orang-orang yang berpuasa masuk lewat pintu itu pada hari kiamat. Tidak ada seorang pun yang masuk dari situ selain mereka (orang yang berpuasa) dan jika mereka telah masuk, maka pintu itu ditutup." (HR. Bukhari dan Muslim).

    Dan bukankah antara Ramadhan dengan Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa-dosa?"
    Yah, Rasulullah صلى الله عليه وسلم memang telah berkata demikian. Tapi mereka tidak mengetahui—atau pura-pura tidak tahu—kelanjutan dari hadits ini.

    رَمَضَاُن إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ

    "Antara Ramadhan ke Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa-dosa antara keduanya apabila dosa-dosa besar dijauhi." (HR. Muslim).

    Jadi Rasulullah صلى الله عليه وسلم mempersyaratkan dijauhinya dosa-dosa besar. Sedangkan mereka justru meninggalkan shalat. Apakah mereka menganggap dosa meninggalkan shalat adalah dosa sepele? Para shahabat  memandang orang yang meninggalkan shalat hukumnya kafir.

    Rasulullah صلى الله  عليه وسلم bersabda,

    الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ

    "Perjanjian antara kami dan mereka adalah shalat, barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir." (HR. Ahmad dan para penulis kitab Sunan).
    Dan sebagaimana diketahui bahwa orang kafir tidak diterima amalannya.

    Allah سبحانه وتعلى berfirman, (artinya):

    "Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan." (QS. At-Taubah: 54).

    Rasulullah صلى الله  عليه وسلم bersabda,

    إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ بِصَلَاتِهِ فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ

    "Sesungguhnya amalan yang paling pertama yang akan dihisab atas seorang hamba dari amalan-amalannya pada hari kiamat kelak adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, maka sungguh ia telah bahagia dan berhasil. Akan tetapi, jika shalatnya buruk, maka sungguh ia telah binasa dan merugi." (HR. Nasai)

    Karena itu sudah sepantasnya seorang yang meninggalkan shalat menjadikan Ramadhan sebagai moment yang tepat baginya untuk bertaubat dan melaksanakan shalat secara kontinu baik di bulan yang suci ini maupun di bulan-bulan lainnya.
  3. Melakukan Hal-hal atau Kegiatan-kegiatan yang Mengundang Syahwat

    Seseorang yang berpuasa lalu mengeluarkan mani tanpa berhubungan badan baik lewat onani atau pun hal-hal lain yang memancing syahwatnya seperti menonton atau bacaan-bacaan porno maka puasanya pada hari itu batal dan diwajibkan atasnya untuk mengqadhanya (mengganti puasa yang batal tersebut) pada hari lain setelah Ramadhan.
    Syaikh Shalih Al Utsaimin—rahimahullah—mengatakan bahwasanya seseorang yang bermimpi basah pada saat berpuasa maka tidak ada sanksi baginya, karena mani yang keluar bukan atas keinginannya, bahkan keluarnya mani tersebut tanpa ia sadari, sedangkan bagi yang sengaja mengeluarkan mani dengan onani, maka sesungguhnya ia berdosa besar kepada Allah سبحانه وتعلى, sehingga hal itu menyebabkan puasanya batal dan wajib baginya untuk mengqadha dan bertaubat dengan benar (Lihat Majâlis Syahri Ramadhân hal:160).
  4. Tidak Menjaga Lidah

    Seseorang yang sedang berpuasa hendaknya bersabar untuk menahan diri dan tidak membalas kejelekan yang ditujukan kepadanya. Rasulullah  صلى الله  عليه وسلم bersabda,

    َالصِّيَامُ جُنَّةٌ فَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَسْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ

    "Puasa adalah perisai, maka apabila salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor dan janganlah bertengkar dengan mengangkat suara. Jika dia dicela dan disakiti, maka katakanlah, 'saya sedang berpuasa'." (HR. Muslim).
    Rasulullah صلى الله عليه وسلم juga telah bersabda,

    مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

    Barangsiapa yang tidak meninggalkan kata 'zuur' dan beramal dengannya maka tidak ada keperluan bagi Allah untuk memberinya ganjaran pahala terhadap makanan dan minuman yang ia tinggalkan (puasanya).” (HR. Bukhari dan Muslim).

    Lalu apakah yang dimaksud dengan kata-kata zuur ? Imam Ath-Thibi menjelaskan hadits ini, “Kata-kata zuur adalah kata-kata bohong dan dusta, yaitu barangsiapa yang tidak meninggalkan kata-kata yang batil baik ia berupa kata-kata yang mengandung kekufuran, saksi palsu, memfitnah, menceritakan kejelekan orang lain (ghibah), berdusta, menuduh, mencela, melaknat dan semisalnya dari perkataan-perkataan yang diwajibkan atas setiap orang untuk menjauhinya dan diharamkan baginya untuk melakukannya”. (Lihat. Tuhfatul Ahwadzi 3:320).  Wallohul Hâdî Ilâ Sawâ-is Sabîl

(Al Fikrah)

Abu Ubaidillah Syahrul Kurani
Continue reading →

Label

Renungan (15) Serba Serbi (8) Amalan (7) Download (6) Mp3 (2) Seputar Hukum (2) Sya'ban (2) Video (2) Resep (1)